Translate

Rabu, 25 Maret 2009

Catatan Perjalanan Diskusi Bersama Presiden SBY

Catatan Perjalanan Dialog Kepemimpinan Bersama Presiden SBY “Harus Bisa”

“Yakin Indonesia Harus Bisa Maju”

“Pemimpin sejati bisa membawa negeri ini kepada kemajuan adalah pemimpin yang memiliki; kualitas, kecerdasan, qolbu, dan jaringan kerja dilandasi sikap disiplin untuk senang tias tumbuh, belajar, dan berkembang. Indonesia membutuhkan pemimpin seperti ini di era globalisasi!”
Demikian kalimat essai penulis tentang kepemimpinan. Berhasil menjadi salah-satu tulisan terbaik dan berkesempatan berdialog bersama Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) dan beberapa pemimpin maupun tokoh muda Indonesia. Padahal tulisan peserta lain lebih baik.

Cuaca hari itu tidaklah bersahabat, hujan, tidak menyurutkan semangat saya untuk berangkat ke bandara Hasanuddin. Setelah mendapat kepastian berangkat tanggal duapuluh empat Pebruari dari PT. Aneka Tambang dan Modernisator, lembaga Juru Bicara Presiden SBY, Dino PDjalal. Saya berangkat mewakili Sulawesi-Selatan berhasil Take-off pukul delapan WIB di Bandara Soekarno-Hatta. Oleh Penjemput, saya disarankan Langsung ke hotel Red Top, Tetapi saya memilih menunggu peserta lain dari Sultra yang tiba tiga puluh menit lebih lama.

Dalam perjalanan menuju hotel tercipta diskusi hangat antara saya, peserta dari Sultra, yang kemudian saya kenal sabagai Bapak Arizona dan supir penjemput, Mila, seorang Perempuan yang menjadi tumpuan nafkah keluarganya. Kami bertukar pandangan dan berbagi cerita tentang latar belakang maupun daerah asal kami. Arizona adalah dosen perguruan tinggi lulusan S2 IPB melalui beasiswa, hal ini saya ketahui dari Arizona. Disela-sela percakapan kami, Mila bercerita tentang Jakarta, dan sebenarnya ingin memperingatkan kami agar berhati-hati. Agenda kami; dialog kepemimpinan, diskusi bersama SBY, dan kunjungan ke Istana Negara.

Setelah menunggu di lobi hotel sekitar dua jam baru kami boleh check-in, kami datang lebih awal dari jadwal, beberapa peserta lain harus menginap dirumah keluarga atau menyewa penginapan. Kegiatan pertama yaitu Dinner, dimana saya dipertemukan dengan peserta dari daerah lain dengan latar belakang berbagai profesi; ABRI, guru, dosen, pengusaha maupun mahasiswa.

Sebenarnya saya agak ragu mengikuti kegiatan ini, khawatir terdapat unsur politik didalamnya, saya berusaha berpikir positif saja. Dengan profesi sebagai seorang mahasiswa dalam dialog ini saya mewakili mahasiswa dan pemuda. Setelah mengetahui asal daerah dan profesi saya, oleh peserta lain, dijejal pertanyaan maupun tanggapan yang sebenarnya sangat tidak nyaman buat saya, yaitu, aksi demonstrasi dan tawuran mahasiswa yang reaktif. Saya hanya berusaha menjawab dan memberikan fakta sekaligus meyakinkan mereka bahwa hal tersebut tidaklah seperti pemberitaan media, tentunya dengan cara diplomatis. Saya juga disapa oleh beberapa peserta lain yang mangaku keturunan Bugis-Makassar.

Pukul lima sore peserta berkumpul di ballroom hotel, acara pre-dialog kepemimpinan Harus Bisa!. Pada sesi ini lebih kepada sharing dan brainstorming ide-ide para peserta tentang kepemiminan dan Indonesia. Beberapa staf Dino mencatat jawaban para peserta. Dan dari jawaban ini maka kemudian dipilih peserta untuk bertanya dan berdiskusi dengan SBY. Penyelenggara nampaknya sangat selektif dalam memilih, yang kemudian akan direkam untuk disiarkan di Trans TV. Saya melihat lebih kepada penciptaan positif image SBY.

Alhamdullilah, penulis bisa berkenalan dengan orang-orang yang lebih berpengalaman. Tentunya, kesempatan ini tidak saya sia-siakan untuk mencuri ilmu dari mereka. Salah satu pernyataan dari peserta sangat menarik, tentang kepemimpinan dan pemuda, Kolonel Laut Octavian, mengatakan, “Untuk membuat pemuda Indonesia memilki karakter pemimpin harus diciptakan kurikulum pendidikan yang mampu menciptakan dan menghasilkan pemuda pemimpin dan tentunya, pemuda harus memilki kepercayaan diri dan deberikan kesempatan untuk itu.”

Salah sempat bertanya kepada salah satu sahabat saya, Hilmi, mahasiswa universitas Indonesia tentang pemimpin Ideal untuk Indonesia. Ia berpendapat, “Pemimpin ideal untuk Indonesia adalah pemimpin yang memilki karakter Indonesia dalam dirinya,”

“Pemimpin ideal adalah pemimpin yang memilki kualitas; visioner, manajerial, profesionalitas. Kecerdasan; emosional, intelektual, spiritual dan tindakan. Qolbu; mengetahu kelebihan dan kekurangan dirinya, selain itu perlu memilki networking.” Demikian pandangan saya ketka ditanya oleh tim Modernisator tentang pemimpin ideal.

Dalam sesi ini bukan hanya dialog, peserta juga diberikan pengarahan untuk pengambilan gambar untuk keesokan harinya di studio Trans TV, selain itu, mendengarkan saran maupun masukan dari kami. Setelah rangkain kegiatan untuk hari ini selesai, saya berusaha meluangkan waktu keliling Jakarta dan hunting kuliner.



Chapter II

Catatan Perjalanan Dialog kepemimpinan Bersama Presiden SBY “Harus Bisa!”
“Disapa Ibu Negara dan Tips Berfoto”

“Kualitas seorang pemimpin dapat diukur dari kemampuannya mengambil keputusan dan dari tingkat resikonya. Resiko kecil maka keputusannya biasa saja dan resiko besar maka keputusannya berani.”
Demikian salah satu isi buku dari buku Harus Bisa! tulisan juru bicara presiden, Dino Pdjalal yang berisi catatan perjalan Susilo Bambang Yudoyono (SBY) selama menjadi presiden Indonesia.

Mentari belum menampakkan diri dari balik jendela dan deru mesin-mesin ibu kota seperti tiada hentinya, menyapa dan membangunkan kami. Saya bersama peserta lainnya di hari kedua kepemimpinan “Harus Bisa!” bersama SBY dijadwalkan di Studio 1 Trans TV. Dialog ini pandu oleh Helmi Yahya bersama Dino yang juga merupakan sang penulis buku. Isinya mulai dari awal masa jabatan misalnya sunami Aceh hingga Konfrensi Iklim di Bali.

Penulis sudah harus berada di Lokasi pukul sepuluh tepat. Kemacetan lalu lintas Jakarta sempat membuat kami khawatir. Sebenarnya penulis agak penasaran dengan apa yang ditulis Dino, bahwa SBY selalu berada ditempat lima belas menit lebih awal. Ternyata ini bukanlah isapan jempol semata SBY hadir lima belas menit lebih awal. Hal seperti ini patut kita contoh. Nampak dari luar ia begitu tenang, walaupun dibelakang layar banyak persoalan bangsa dipikirkannya.

Sebelum acara dimulai. Saya berusaha untuk sebisa mungkin mencuri ilmu dan mengabadikan gambar bersama para tokoh-tokoh Indonesia. Nampak saya melihat Andi Malaranggeng, sebagai orang Sulawesi tentunya saya ingin berdiskusi lebih banyak. Ditengah kerumunan orang yang berusaha untuk mendekati. Ia mengetahui saya dari Makassar. Mata Andi menatap almamater Unihas saya kenakan. Saya kerumunan orang yang begitu banyak dan kawalan Paspampres saya tidak berhasil hanya bisa berjabatan tangan.

Tidak semua pertanyaan dari peserta diangkat. Rata-rata hanya pertanyaan umum tentang kepemimpinan. Peserta yang bertanya sangat representative. Dari berbagai kalangan; artis, pengusaha, pelajar, mahasiswa, ABRI dan profesi lainnya. Topik yang muncul hanyalah berbau image positif dari SBY, misalnya, kenaikan gaji dan pengangkatan pegawai negeri. Sedangkan pertanyaan yang sedikit kritis jarang muncul.

Perlu diakui tingkat intelektual dan retorika SBY sangat baik. Juga kemampuan untuk membuat peserta merasa dekat. Salah satu nasehat untuk seorang pemimipn katanya bahwa seorang pemimpin harus memiliki beberapa strategi dan thinking outside the box untuk mencapai tujuan. Ia menceritakan tentang kendala yang dihadapinya ketika harus membuka kejuaaraan A1, jalan macet, mobil dan helicopter tidak bisa. Dan akhirnya menggunakan sepeda motor menuju lokasi dan tepat waktu. Dalam dialog ini SBY banyak bercerita tentang pengalamannya selama menjabat.

Setelah acara selesai, para peserta berusaha untuk berfoto bersama, agendanya hanya foto rombongan, Ekspektasi peserta ingin foto sendiri bersama SBY, peserta sedikit kecewa. Nampaknya SBY melihat hal tersebut. Ia kemudian memerintahkan untuk foto satu persatu. Dalam foto rombongan saya berada di duduk disamping SBY dan Ibu Ani. Saya agak ragu untuk menyapa, akan tetapi diluar dugaan saya Ibu Ani kemudian menyapa diiringi senyuman SBY kepada saya, “Ade dari daerah mana?” Kemudian saya menjawab, “Saya dari Makassar, kuliah di Komunikasi Unhas Bu!”. Seluruh peserta begitu terharu bisa bersalaman dengan SBY, acara berlangsung sekitar lima jam. pengawalan Paspampres sangat longgar.

Ia berusaha dekat dengan masyarakat. Setidaknya itu yang saya rasakan ketika di tahun dua ribu lima mengunjungi Pulau Sebatik, tempat saya berdomisili, ketika konflik pebatasan Blok Ambalat.mencuat, Setidaknya, Presiden pertama yang terjun langsung kedaerah perbatasan sana.

Acaranya sendiri dihibur oleh beberapa artis, diantaranya; Andra n The Backbones, Samsong, Agnes monika. SBY yang gemar bernyanyi turut menyumbangkan lagu dari Koes Plus yang bejudul “Andaikan Kau Datang” jika sairnya diperhatikan lebih jelas tampak pesan bahwa SBY ingin agar Yusuf Kalla kembali berpasangan dengannya. Penayangan siaran ini pun sendiri juga Nampaknya menunggu timing yang tepat mendekati pemilu. Acarnya disiarkan di Trans TV tanggal sebelas maret pukul sembilan malam waktu makassar.

Acara selanjutnya, yaitu kunjungan ke Istana Megara. Disana para peserta diajak berkeliling kompleks dan mendapat penjelasan tentang sejarah Istana Negara. Mulai daribangunan, ornamen hingga pohon yang ditanam. Sayangnya penggunaan kamera pribadi tidak diperbolehkan.

Disela-sela kunjungan saya mendapat kesempatan seru. Berdiskusi bersama Dino. Saya kemudian meminta untuk foto bersama. Melihat gaya foto saya yang monoton, Dino kemudian memberikan Tips-tips gaya berfoto, ia mengatakan, “De kalau mau foto jangan berdiri saja seperti patung. Tetapicobalah untuk seolah-olah berdiskusi. Saya punya banyak foto dengan para pemimpin dunia, tetapi hasilnya sama saja, seragam!” , sungguh suatu pengalaman yang tak terlupakan buat saya.

Akhirnya, rangkaian acara telah selesai dan pastinya setiap peserta mempunai pengalaman dan cerita menarik untuk dibawa pulang, selain souvenir dari Istana Negara. Dan sebuah jam tangan Istana Negara akan kuberikan untuk ayahku. Peserta lain kembali ke daerahnya masing-masing.Tetapi tugas`saya belum selesai. Saya masih harus tinggal selama satu minggu di Jakarta untuk mengikuti Kegiatan Festival Teater Mahasiswa Nasional bersama rekan-rekan Teater Kampus Unhas. (Mudrikan_online@yahoo.co.id)

0 comments: