Goresan
Sabda Cinta
*Mudrikan Nacong
Malam ini kota
Makassar seakan menangis sedih entah apa sebabnya. Rintik-rintik hujan
menari-nari dan menghentakkan kakinya diatas halte tempatku berteduh, seumpama
tarian Plamenco, berirama sungguh
indah. Hujan tetapi tidak lebat, aku coba menengadahkan kepala keatas langit,
belum pernah kurasakan perasaan seperti ini, dari balik awan yang biru, merah
dan kehitam-hitaman Sang Rembulan memancarkan cahaya keemasanya, ibarat
bidadari cantik dari balik cadar suteranya tersenyum padaku.
Kucoba
memperhatikan isi tasku, Alhamdulillah
tidak ada yang basah termasuk, termasuk tulisan opiniku ‘Pemimpin Sejati di Era
Globalisasi’ yang baru kutulis kemarin. Aku berjalan menyusuri kampus, hari ini
pemilihan ketua himpunan mahasiswa ilmu komunikasi Kosmik Universitas Hasanuddin tempatku Kuliah. Sesaat kemudian dari
kantong celanaku handphone bututku berdering,
kulihat Kakakku Anti memanggil.
“Assalamualaikum, Ikank kamu berbermalam
hari ini dikampus atau tidak? kalau urusanmu sudah selesai kamu langsung pulang
saja.” Sarannya, kalimat ini hampir setiap hari menjadi menu sarapanku, aku
maklum, ini adalah bentuk kasih sayangnya kepada aku adiknya.
“Insya Allah, tetapi tengah malam aku
baru bisa pulang, sekarang musyawarah besarnya Kosmik, saya diwajibkan hadir.”
Jawabku memberi tahunkan kegiatan apa yang aku lakukan malam ini.
nantikan kelanjutannya.....>>> novel mungkin, hehehe :-)
nantikan kelanjutannya.....>>> novel mungkin, hehehe :-)
0 comments:
Posting Komentar