Translate

Senin, 10 Desember 2012

Perusahaan, Manusia dan Media Sosial Saling Terkoneksi



“Siang malam ku selalu mantap layar terpakut, aku online...online...aku online...online,”. 

Pernahkan anda mendengarkan kutipan lagu yang dinyayikan Saykoji ini judulnya “Online”, lagu ini bercerita tentang kebiasaan baru yang telah mejadi budaya baru yaitu berselancar di dunia maya atau  mengakses internet lebih akrab disebut online, dimana di era digital dan teknologi ini pelbagai hal telah terkomputerisasi dan sudah  menjadi bagian dari kehidupan manusia.

Penerapan komputerisasi berbagai hal telah ada sejak komputer  pertama kali diciptakan mempermudah pekerjaan manusia, dimana sebelumnya serba manual tergantikan dengan digitalisasi dan kompuetrisasi. Mulai dari pekerjaan tulis-menulis, transportasi, dan komunikasi. Fenomena ini terus berkembang hingga sangat maju dan terspesifikasi sesuai dengan kebutuhan yang ada termasuk dalam teknologi komunikasi.  Jika dahulu penyampaian pesan harus dilakukan melalui tatap muka, bersurat atau melalui media tradisional lainnya. kini penyampain pesan komunikasi tersebut setelah lahirnya komputer dan internet bisa dilakukan melalui pesan digital. Seperti SMS, BBM, surat email, ataupun melalui media sosial seperti Facebook, Twitter, Google+, ataupun Linkedin.

Berkomunikasi sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai mahluk sosial untuk melengkapi kehidupannya. Ini sama pentingnya dengan kebutuhan lain manusia seperti makan dan minum. Manfaat berkomunikasi tentu saja banyak antara lain: sebagai identitas diri kitauntuk  mengenal kita, mengetahui keberadaan kita dan memahami keinginan kita. Sehingga tercipta interaksi sosial antara individu, antara komunitas dan bahkan kebudayaan didunia. Bisa juga di sederhanakan fungsi komunikasi antara lain; fungsi kontrol, informasi, motivasi dan ekspresi emosi. Sehingga melalui komunikasi kualitas diri dari seseorang dapat berkembang dan lebih baik lagi dan tentu saja berkomunikasi saat ini bisa dilakukan dengan media sosial atau jejaring sosial.

Berkomunikasi bukan hanya dilakukan di tingkat individu saja, tetapi juga ditingkat yang lebih kompleks misalnya masyarakat atau perusahaan. Nah komunikasi di dalam perusaaan tentu saja lebih rumit dan melibatkan berbagai variabel dan faktor. Berbicara tentang komunikasi didalam perusaahan atau organisasi pasti memiliki hirarki sendiri yang mengakibatkan komunikasi didalamnya unik, sehingga mempengaruhi hubungan antara manusia didalam maupun diluar perusaahaan. Nah apabila kegiatan komunikasi menjadi suatu mekanisme sosialisasi, integrasi, dan peningkatan kerjasama, maka pihak lain menjadi cerminan sosialisasi yang dimaksud. Kegiatan komunikasi mempunyai dua aspek, yaitu aspek aktif yang berupa kegiatan yang bertujuan mempengaruhi situasi dan dapat mengubahnya, dan aspek pasif yang merupakan pencerminan situasi sosial yang memanfaatkan komunikasi tersebut. Komunikasi juga merupakan alat sosialisasi yang netral (bukan hanya dapat menimbulkan integrasi tetapi juga disintegrasi, dapat menimbulkan kerjasama tetapi juga pertentangan, dapat meningkatkan kerjasama internasional sebagai alat diplomasi, sebaliknya juga dapat menimbulkan awal sengketa atau peperangan). Oleh karena itu efek dari komunikasi tersebut tergantung dari maksud dan tujuan si penyampainya.

Sementara itu proses komunikasi dalam perusahaan harus memenuhi beberapa komponen:  pertama, ide atau kejadian yang akan diberitakan; kedua, komunikator yang mengadakan kegiatan perumusan berita; ketiga, pesan yang dirumuskan dan disalurkan, keempat, menginterpretasikan pesan, dan kelima kegiatan pemberitahuan. Perlu diperhatikan jabatan yang menjadi garis kewenangan yang mebuat komunkasi di perusahaan lebih unik. Sehingga jelaslah bahwa dalam struktur tidak bebas, peranan komunikasi atasan dan bawahan berbeda, atasan memberikan perintah atau petunjuk, sedangkan bawahan memberi informasi. disamping itu memang terdapat pula komunikasi mendatar yang terjadi antar karyawan sekolega setingkat serta kepada pihak yang menjadi masyarakat(konsumen, parner kerja) perusahaan itu sendiri. Nah proses komunikasi ini dapat dilakukan melaui media konvensional; tulis(surat), majalah dinding(mading),  atau melalui iklan radio serta televisi, namun sperti dijelaskan sebelumnya di era milenium ini media tradisional tidak hanya sendiri telah ada media eletronik dalam hal ini internet yang mana fungsi-fungsi media komunikasi yang disebutkan sebelumnya telah dapat diintegrasikan. Pengunaan internet dan media sosiallah jawabannya.

Sosial media, bisa menjadi paradigma baru dibidang komunikasi perusahaan. Kalau kita cermati hingga tahun 2011 ini, pengguna internet di Indonesia dalam waktu yang relatif singkat langsung meledak pertumbuhannya. Data yang dirilis Kementerian Komunikasi dan Informatika baru-baru ini menunjukkan bahwa jumlah penggunanya sudah mencapai 45 juta orang. Angka ini sudah termasuk pengguna melalui internet mobile (handphone) dan personal computer (PC). Padahal, pada tahun 1999 jumlah pengguna internet di Indonesia masih ada di angka 1 juta orang. Peningkatan jumlah pengguna internet ini selayaknya patut menjadi perhatian bagi Indonesia yang rakyatnya berjumlah 240 juta jiwa. Kenapa tidak? Internet dengan pelbagai perangkat dan kecanggihannya disadari atau tidak telah menjadi media baru dalam penyampaian pesan, gagasan, atau informasi yang ditujukan kepada orang banyak (massa) yang bisa dilakukan dengan mengakses media sosial.

Perkembangan media sosial juga didukung Pasal 28E ayat 3 UUD 1945, bahwa setiap orang berhak atas kebebasan, berserikat, berkumpul atau berpendapat. Dalam pasal tersebut sangat jelas bahwa semua orang bebas berpendapat dan berkumpul, termasuk masyarakat di dalam perusahaan tersebut dalamnya. Media sosial memegang andil yang cukup besar dalam perkembangan dan kemajuan perusahaan jika, baik dari isu yang terkini, informasi terbaru, sampai menjalin pertemanan atau kesempatan bisnis lainnya. Namun bisa juga berarti tidak, jika tidak mampu didukung dengan pengelolaan media yang baik, termasuk tim media yang menangani sosial media namun itu faktor internal,faktor ekstenal bisa saja dari masyarakat atau konsumen yang kecewa dengan performa perusahaan kemudian menaruhnya didunia maya. Berbagai macam informasi yang ada didunia maya sebenarnya bisa dijadikan informasi awal oleh perusahaan untuk menentukan arah peruasahaan kedepan.

Media sosial merupakan sebuah media online dimana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, sosial network atau jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. blog, jejaring sosial dan wiki mungkin merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.

Seperti biasa teknologi memiliki dua sisi termasuk media sosial, ada manfaat dan kerugian yang dapat ditimbulkan darinya. Tetapi, jika kita melulu melihat dari kerugian, sangat disayangkan karena manfaat yang didapat juga banyak. Diantara berbagai manfaat yang didapat dari media sosial, dua diantaranya menjadi manfaat dan tujuan utama seseorang menggunakan media sosial. Menambah wawasan dan menjalin hubungan yang luas. Menambah wawasan, dimana dengan mengakses media sosial orang akan mengetahui banyak hal baru, dan biasanya masih hangat menjadi perbincangan. Menjalin hubungan yang luas, dimana dari akses yang dibuka pada media sosial, orang akan saling mengenal satu sama lain, baik yang dekat, maupun jauh.

Sehingga untuk sementara kita ini kita dapat berasumsi bahwa pengunaan media dapat mebwa dampak positif bagi pengunannya termasuk untuk perusahaan. Pertanyaan selanjutnya pentingkah pengunaan media sosial untuk perusahaan?

Perdebatan tentang penting tidaknya hadir media sosial di lingkungan perusahaan masih ada hingga saat ini. Misalnya: media sosial tidak akan berpengaruh besar untuk perusahaan, akan menganggu kerja pegawai perusahaan, membuat karyawan malas, menurunkan laba perusahaan, dan bisa jadi boomerang buat perusahan.

Mungkin dua contoh berikut ini menarik, ketika penulis sedang menulis tulisan ini melalui media sosial Facebook meminta pendapat seoarang dosen dan pegawai perum. Tentang bagaimana pengunaan media sosial ditempat kerja. Dosen yang ditanya memberikan tanggapan bahwa “menggunakan media sosial sosial membantu pekerjaannya untuk berkomunikasi dengan civitas, apalagi jika memang pekerjaan tidak terlalu padat.” demikian tanggapan dosen Universitas Muhammadiyah Maluku ini dan berbeda dengan Dave Invander “Penggunaan sosial media tidak diperbolehkan pada saat jam kerja di bahkan itu ada surat edarannya dari direksi menyatakan bahwa penggunaan sosial media itu dilarang, karena dianggap akan menggangu pelayanan,”. Ujar pegawai perum yang melayani jasa gadai di Manado ini.

Gambaran pendapat dua orang tadi bisa menjadi mewakili pendapat orang kebanyakan tentang pengunaan media sosial disaat jam kerja. Mempengaruhi pekerjaan anda serta menghipnotis anda?! Memang banyak juga yang menuduh media sosial diruang kerja hanya membuang-buang waktu kerja saja, teruta ketika tidak ada hubungnya dengan pekerjaan. selanjutnya seberapa parahkan media sosial termasuk facebook dan twitter mengganggu anda ditempat kerja. Ada baiknya kita melihat penelitian yang ada dari Nowsourcing. Hasil yang ada ternyata karyawan mengalihkan perhatinya ke media sosial setiap 10,5 menit setelah itu maka akan kembali bekerja selama 23 menit dan kembali bermedia sosial kembali. Nah pertanyaan apakah ini sama dengan rata yang digunakan orang lain.

Berbagai aturan tentang izin mengakses media osial ditempat kerja ada yang mengizinkan, ada yang di jam-jam tertentu saja bahkan ada yang sama sekali tidak mengizinkan bahkan hingga pemecatan. Nah, apakah media sosial menjadi faktor utama yang membuat karyawan membuang waktu percuma di kantor. Walaupun potensi itu ada tetapi tetap saja berdasarkan penelitian dari Amplitude Research per Agustus 2012 dari 300 karyawan ternyata faktor utamanya adalah mengobrol dengan sesama karyawan dengan jumlah 14 persen, 11persen berupa gangguan komputer dan meeting. Cukup mengejutkan hanya 5 persen saja yang menggangap media sosial menjadi pemicunya dan ketika ditanya apakah apakah media sosial mampu menigktakan produktivitas mereka ditempat kerja 44 persen menyatakan ya. Dan hasil lain, bahwa media sosial merupakan tempat untuk karyawan break sejenak dari kepenatan kerja, bersosialisasi secara virtual dan membuat mereka merasa bahagia sehingga memicu produktifitas.  Nah,itu artinya perusaaan harus berpikir ulang untuk melarang penggunaan media sosial di tempat kerja. Pengunaan media sosial di dalam aktivitas perusahan juga membantu itu karyawan untuk tetap terkoneksi dengan masyarakat perusahaan diluar jam kerja maupun di saat libur dan hasil riset Gyro dan Forbes menyatakan mereka para karyawan tidak keberatan dan 56 persen merasa media sosial mereka mempengaruhi pekerjaan mereka. Hasil riset lainnya juga cukup mengejutkan Survei tersebut melibatkan 1678 pekerja mobile di 1100 perusahaan seantero dunia, yang dilakukan pada 27 September hingga 19 Oktober 2012 oleh provider jaringan Wi-Fi iPass hasilnya bawa 2/3 tetap kerja online pada saat weekend jadi mengakses media sosial perusahaan membantu tetap produktif.

Aturan tentang larangan pengunaan media sosial di tempat kerja nampaknya mulai goyah. Penelitian terbaru dari konsultan manajemen Deloitte juga membutktikan banyak eksekutif  beranggapan bawa media sosial berpengaruh positif di tempat kerja, sebanyak 45 persen percaya bawa media sosial baik untuk budaya perusahaan sementara itu hanya 27 persen yang setuju. Menurut 38 persen responden eksekutif tersebut, sosial media memiliki efek positif, para manajer menjadi lebih transparan. Sebanyak 41 persen berpendapat social media dapat membangun budaya perusahaan, dan 37 persen berpikir bahwa social media memperkuat hubungan perusahaan dengan pola kepemimpinan. Sementara 46 persen beranggapan social media membantu terjalinnya hubungan baik antar kolega. Agak berbeda hasil yang ada, para karyawan tidak seluruhnya setuju dengan para atasannya. Hanya 27 persen saja yang setuju bahwa sosial media berdampak bagus buat budaya perusahaan.

Dari temuan ini dapat disimpulkan menggunkan sosial media baik untuk budaya diperusahaan yang bisa meningkatkan produktivitas dan kualitas manusia di tempat kerja, namun sekali lagi bahwa tidak dapat menggantikan media konvensional(tradisional) serta komunikasi langsung.
Perusahaan tidak bisa lepas dari manusiayang ada didalamnya yang jga menggunkan media sebagai saluran komunikasi termasuk media sosial yang bisa meningkatkan budaya kerja dan kulaitas didalamnya seingga ini ibarat segitiga perusahaan-manusia-dan media sosial yang tidak dapat dipisahkan di era informatika saat ini.

tulisan ini saya ikutkan pada lomba; Danamon Young Leaders Award

0 comments: